Perilaku Konsumen
PENGERTIAN
ELASTISITAS
(Q A / T A) / (ΔP B / P B)
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa
yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri , keluarga,
orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Apabila
pembelian produk tersebut ditujukan untuk dijual kembali, maka ia disebut
pengecer atau distributor. Pada masa sekarang ini bukan suatu rahasia bahwa
konsumen adalah raja, oleh karena itu produsen yang memiliki prinsip holistic
marketing sudah seharusnya memperhatikan semua yang menjadi hak-hak konsumen.
Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang
berhubungan dengan pencarian, pemilihan,
pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian barang dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang/jasa berharga jual rendah (low-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang/jasa berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang.
pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian barang dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang/jasa berharga jual rendah (low-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang/jasa berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang.
Definisi lain dari perilaku konsumen adalah bagaimana
konsumen mau mengeluarkan sumber dayanya yang terbatas seperti uang, waktu dan
tenaga untuk mendapatkan barang atau jasa yang diinginkan.
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen antara
lain adalah:
1. Menurut James F. Engel – Roger D. Blackwell –
Paul W. Miniard dalam Saladin terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perilaku
konsumen, yaitu:
a. Pengaruh
lingkungan; terdiri dari budaya, kelas sosial, keluarga dan situasi.
Sebagai dasar utama perilaku konsumen adalah memahami pengaruh lingkungan yang
membentuk atau menghambat individu dalam mengambil keputusan berkonsumsi
mereka. Konsumen hidup dalam lingkungan yang kompleks, dimana perilaku
keputusan mereka dipengaruhi oleh keempat faktor tersebut diatas.
b. Perbedaan
dan pengaruh individu; terdiri dari motivasi dan keterlibatan, pengetahuan,
sikap, kepribadian, gaya hidup dan demografi. Perbedaan individu merupakan
faktor internal (interpersonal) yang menggerakkan serta mempengaruhi perilaku.
Kelima faktor tersebut akan memperluas pengaruh perilaku konsumen dalam proses
keputusannya.
c. Proses
psikologis; terdri dari pengolahan informasi, pembelajaran, perubahan sikap
dan perilaku. Ketiga faktor tersebut menambah minat utama dari penelitian
konsumen sebagai faktor yang turut mempengaruhi perilaku konsumen dalam
pengambilan keputusan pembelian.
2. Menurut Kotler dan Armstrong (1996) terdapat dua
faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu:
a. Faktor
eksternal; merupakan faktor yang meliputi pengaruh keluarga, kelas sosial,
kebudayaan, marketing strategy dan kelompok referensi. Kelompok referensi
merupakan kelompok yang memiliki pengaruh langsung maupun tidak langsung pada
sikap dan perilaku konsumen. Kelompok referensi mempengaruhi perilaku sesorang
dalam pembelian dan sering dijadikan pedoman oleh konsumen dalam bertingkah
laku.
b. Faktor
internal; faktor-faktor yang termasuk didalamnya adalah motivasi, persepsi,
sikap, gaya hidup, kepribadian dan belajar. Belajar menggambarkan perubahan
dalam perilaku seseorang individu yang bersumber dari pengalaman. Seringkali
perilaku manusia diperoleh dari mempelajari sesuatu.
PENDEKATAN PERILAKU
KONSUMEN
Pendekatan untuk mempelajari perilaku konsumen dalam
mengkonsumsi suatu barang/jasa terdapat dua jenis, yaitu:
1.
Pendekatan Kardinal
2.
Pendekatan Ordinal
Asumsi: Konsumen bersikap rasional dengan anggaran yang
tersedia, konsumen berusaha memaksimalkan kepuasan totalnya dari barang yang
dikonsumsinya.
1. Pendekatan Kardinal
- Kepuasan konsumsi dapat diukur dengan satuan ukur.
- Makin banyak barang dikonsumsi makin besar kepuasan
- Terjadi hukum The Law of Deminishing Marginal Utility pada tambahan kepuasan setiap satu satuan. Setiap tambahan kepuasan yang diperoleh dari setiap unit tambahan konsumsi semakin kecil (mula – mula kepuasan akan naik sampai dengan titik tertentu atau saturation point tambahan kepuasan akan semakin turun ). Hukum ini menyebabkan terjadinya Downward Sloping MU Curva. Tingkat kepuasan yang semakin menurun ini dikenal dengan Hukum Gossen.
Tambahan kepuasan untuk tambahan konsumsi 1 unit barang bisa
dihargai dengan uang, sehingga makin besar kepuasan makin mahal harganya. Jika
konsumen memperoleh tingkat kepuasan yang besar maka dia akan mau membayar
mahal, sebaliknya jika kepuasan yang dirasakan konsumen rendah maka dia hanya
akan mau membayar dengan harga murah. Pendekatan kardinal biasa disebut sebagai
Daya Guna Marginal.
Skedul Utiliti Total
Qx
|
TUx
|
MUx
|
0
|
0
|
…
|
1
|
10
|
10
|
2
|
18
|
8
|
3
|
24
|
6
|
4
|
28
|
4
|
5
|
30
|
2
|
6
|
30
|
0
|
7
|
28
|
-2
|
Keseimbangan
konsumen tercapai jika konsumen memperoleh kepuasan maksimum dari mengkonsumsi
suatu barang. Syarat Keseimbangan:
1.
MUx/Px = MUy/Py = ….= MUn/Pn
2.
Px Qx + Py QY + ……+ Pn Qn = M
MU = marginal utility
P =
harga
M =
pendapatan konsumen
Q
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
MUx
|
16
|
14
|
12
|
10
|
8
|
6
|
4
|
2
|
MUy
|
11
|
10
|
9
|
8
|
7
|
6
|
5
|
4
|
Diketahui
: Px = 2
Py =
1 M =
12
Syarat Equilibrium:
1. MUx / Px = MUy / Py
12 / 2 = 6 / 1
2. Px Qx + Py QY = MPx Qx + Py QY
= M
(2) (3) + (1) (6) =
12
Total Utility =
MUx QX + MUy QY
= (12)
(3) + (6) (6)
= 72
2. Pendekatan Ordinal
Kelemahan
pendekatan kardinal terletak pada anggapan yang digunakan bahwa kepuasan
konsumen dari mengkonsumsi barang dapat diukur dengan satuan kepuasan. Pada
kenyataannya pengukuran semacam ini sulit dilakukan. Pendekatan ordinal
mengukur kepuasan konsumen dengan angka ordinal (relatif). Tingkat kepuasan
konsumen dengan menggunakan kurva indiferens (kurva yg menunjukkan tingkat
kombinasi jumlah barang yang dikonsumsi yang menghasilkan tingkat kepuasan yang
sama).
Ciri-ciri kurva indiferens:
1) Mempunyai kemiringan yang negatif (konsumen akan
mengurangi konsumsi barang yg satu apabila ia menambah jumlah barang lain yang
di konsumsi).
2) Cembung ke arah titik origin, menunjukkan adanya
perbedaan proporsi jumlah yang harus ia korbankan untuk mengubah kombinasi
jumlah masing-masing barang yang dikonsumsi (marginal rate of substitution).
3) Tidak saling berpotongan, tidak mungkin
diperoleh kepuasan yang sama pada suatu kurva indiferens yang berbeda.
Perbedaan antara pendekatan kardinal dengan ordinal
1) Pandangan antara besarnya utility menganggap
bahwa besarnya utiliti dapat dinyatakan dalam bilangan/angka. Sedangkan
analisis ordinal besarnya utility dapat dinyatakan dalaml bilangan/angka.
2) Analisis cardinal mengunakan alat analisis yang
dinamakan marginal utiliy(pendekatan marginal). Sedangkan analisis ordinal
menggunakan analisis indifferent curve atau kurva kepuasan sama .
Macam-macam Elastisitas
Asumsi dalam elastisitas adalah perubahan harga akan
mempengaruhi perubahan permintaan. Harga di sini tidak terbatas dengan harga
barang tersebut akan tetapi juga harga barang lainnya. Pada keadaan normal,
apabila harga sebuah mobil merk X turun, maka permintaan akan kendaraan
tersebut akan meningkat. Pada kejadian yang sama bila harga pesaing mobil merk
X naik, maka hal ini dapat menyebabkan permintaan mobil merk X akan naik. Mobil
pesaing ini disebut barang subtitusi. Di samping itu bila harga barang pelengkap/komplementer
(misalkan bahan bakar) turun maka permintaan mobil merk X juga akan naik.
1.
Elastistas silang
Elastisitas silang adalah efek atas perubahan permintaan
atau penawaran dari satu barang sebagai akibat dari perubahan dalam sesuatu
yang berkaitan dengan produk lain berapa banyak perubahan harga satu produk
yang akan mengubah volume penjualan lain.
Elastisitas harga silang dari produk A dengan produk B
adalah:
(Q A / T A) / (ΔP B / P B)
dimana:
T A adalah kuantitas penjualan A
Q A adalah perubahan jumlah A dijual
P B adalah harga B
ΔP B adalah perubahan harga B.
Q A adalah perubahan jumlah A dijual
P B adalah harga B
ΔP B adalah perubahan harga B.
Sebuah elastisitas silang tersebut dapat positif atau
negatif. Jika dua barang komplementer maka
kenaikan harga satu akan mengurangi permintaan untuk keduanya. Jika
mereka pengganti (misalnya, alam dan karet sintetis) kenaikan harga satu akan
meningkatkan permintaan untuk yang lain.
2.
Elastisitas
pendapatan
Penghasilan elastisitas mengukur seberapa sensitif penjualan
suatu yang baik untuk perubahan pendapatan konsumen. Dalam hal ini:
(Δ Q / T) / (Δ Y / Y)
Dimana:
Q = adalah kuantitas yang diminta
Y = adalah pendapatan, dan
Δ = memiliki arti yang biasa untuk menunjukkan perubahan.
Q = adalah kuantitas yang diminta
Y = adalah pendapatan, dan
Δ = memiliki arti yang biasa untuk menunjukkan perubahan.
Elastisitas Penghasilan mengarah pada efek
pendapatan , dan klasifikasi barang sebagai inferior atau
normal. Pendapatan elastisitas lebih besar dari satu juga telah digunakan untuk
mengklasifikasikan barang sebagai kemewahan daripada kebutuhan. Alasan di balik
kedua adalah bahwa jika orang tidak dapat mengurangi konsumsi mereka yang baik
sesuai dengan pendapatan mereka, maka harus (kepada mereka) keharusan. Perlu
diketahui bahwa (seperti teori ekonomi lebih mirip) hanya penilaian dari jumlah
konsumen. Itulah sebabnya, dengan kriteria ini, tembakau (atau heroin
dalam hal ini) adalah suatu keharusan. Kebenaran ini adalah di luar cakupan
pembahasan kita di sini.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Referensi:
Comments